Sabtu, 28 Oktober 2017

VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH


a.    Pengertian Visi, Misi, Dan Tujuan Sekolah
Pengertian Visi
Tugas sekolah adalah mewujudkan tujuan pendidikan nasional sehingga harus dikelola dengan baik. Pengelolaan sekolah memerlukan rencana strategis. Komponen dalam perencanaan strategis setidaknya terdiri dari visi, misi, dan tujuan, agar memiliki arah kebijakan yang menjamin tercapainya tujuan
Visi merupakan gambaran tentang masa depan organisasi sekolah yang realistis dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Wibisono (2006:43), visi merupakan  rangkaian  kalimat  yang  menyatakan  cita-cita  atau  impian  yang  ingin dicapai oleh sekolah di masa depan.

Hax dan Majluf dalam Akdon (2006:95) menyatakan bahwa visi adalah pernyataan yang merupakan sarana untuk:
a.   mengkomunikasikan  alasan  keberadaan  lembaga  dalam  arti  tujuan  dan              tugaspokok,
b.  memperlihatkan framework hubungan antara lembaga dengan stakeholders sumber daya manusia lembaga, konsumen/citizen, pihak lain yang terkait; dan
c menyatakan  sasaran  utama  kinerja  lembaga  dalam  arti    pertumbuhan      dan
perkembangan.
d.  Pernyataan visi, baik yang tertulis atau diucapkan harus dapat ditafsirkan dengan baik,  tidak  mengandung  multi-makna  sehingga  menjadi  acuan  yang mempersatukan semua pihak dan tantangan masa depan. (Hidayat dan Imam Machali, 2012;159).


Pengertian Misi

Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak- pihak  yang   berkepentingan   di   masa   mendatan (Akdon,   2006:   97) Dalam kaitannya  dengan suatu lembaga pendidikan, misi adalah pernyataan tentang apa yang   harus  dikerjakan  oleh  lembaga  dalam  usahanya  mewujudkan  visi.   Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian visi. Jadi misi merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi lembaga pendidikan.

Sebagai  penjabaran  visi  dalam  bentuk  rumusan  tugas,  kewajiban  dan  rencana tindakan, maka pernyataan misi harus:
a. Secara eksplisit mengandung apa yang harus dilakukan untuk mencapainya. b. Mengundang partisipasi masyarakat luas terhadap perkembangan sekolah

Pengertian Tujuan


Tujuan adalah hasil yang diinginkan untuk dicapai pada waktu tertentu. Bedanya dengan misi ialah jika misi berbicara tentang tujuan keberadaan organisasi atau individu, maka tujuan memiliki cakupan lebih kecil dan merupakan bagian dari misi.

Rabu, 04 Oktober 2017

Pengembangan pendidikan karakter dan potensi peserta didik.

Siswa sebagai subjek pembelajar merupakan individu dengan berbagai karakteristiknya,sehingga dalam proses pembelajaran terjadi interaksi timbal balik , baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
Teori perkembangan menurut  Jean Piaget (Harre dan lamb, 1988). Piaget lebih mempokuskan kajiannya dalam aspek perkembangan kognitif anak dan mengelompokkannya dalam 4 tahap, yaitu:
1.      Sensori-motor  (0- 2 tahun )
2.      Pra – operasional ( 2- 7 tahun)
3.      Operasional konkret (7- 11 tahun )
4.      Operasi pormal (11 tahun – keatas )

Tingkat sensori – motor
Tahap ini disebut masa discriminating dan labeling.  Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak repleks , bahasa awal, dan ruang waktu sekarang saja. Tingkat sensori-motor menepatidua tahun pertama dalam kehidupan . selama periode ini anak mengatur alamnya dengan indra-indranya (sensori) dan tindakan tindakannya (motor). Selam periode ini bayi tidak mempunyai konsepsi “ object permanence”. Bila suatu benda disembunyikan , ia gagal untuk menemukannya . sambil pengalamannya bertambah, sampai mendekati akhir periode ini, bayi itu menyadari bahwa benda yang disembunyikan itu masih ada, dan ia mulai mencarinya sesudah dilihatnya benda itu disembunyikan.
1.      Tingkat Pra-Operasional
Pada tahap pra-operasional, atau prakonseptual, atau disebut juga dengan masa intuitif, anak mulai mengembangkan kemampuan menerima stimulus secara terbatas . kemampuan bahasa mulai berkembang , pemikiran masih statis , belum dapat berfikir abstrak, dan kemampuan persepsi waktu dan ruang masih terbatas . tingkat ini ialah umur antara dua hingga 7 tahun. Periode ini disebut pra-operasional, karena pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operas-operasi mental , seperti yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu menambah, mengurangi dan lain lain.
2.      Tingkat operasional konkret
Tahap ini juga disebut masa performing operation . pada masaini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan , memisahkan , menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi. Periode operasional konkret  adalah antara umur 7-11 tahun.  Tingkat ini merupakan permulaan berfikir rasional. Ini berarti , anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Bila menghadapi suatu pertentangan antara pikiran dan persepsi , anak dalam periode operasional konkret memilih mengambil keputusan logis , dan bukan keputusan perceptual seperti anak pra- operasional.
3.      Tingkat Operasional Formal
Tahap inijuga disebut masa proportional thinking . pada masa ini, anak  sudah mampu berfikir tingkat tinggi , seperti  berfikir secara deduktif , induktif, menganalisis , mensintesis , mampu berfikir secara abstrak dan secara reflektif, serta mampu memecahkan berbagai masalah.  Pada umur  kira-kira 11 tahun , timbul periode operasi baru. 
Anak usia sekolah dasar  berada pada tahap operasional konkret . pada tahap tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut :
1.      Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu situasi ke aspek lain secara reflektifdan memandang  unsure-unsur secara serentak.
2.      Mulai berfikir secara operasional.
3.      Mempergunakan cara berfikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda,
4.      Membentuk dan mempergunakan  keterhubungan  aturan-aturan , prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan
5.      Memahami konsep subtansi  , volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat. Sedangkan perkembangan emosi anak usia sekolah dasar antara lain anak lebih dapat :
1.      Mengekspresikan reaksi terhadap orang lain,
2.      Mengontrol emosi,
3.      Berpisah dengan orang tua ,
4.      Belajar tentang benar salah.
Kecenderungan belajar  anak usia sekolah dasar  memiliki 3 ciri, yaitu : konkrit , integrative, dan hirarkis.
2.      Teori   belajar
Dalam proses pembelajaran,  penguasaan seorang guru dan cara menyampaikannya merupakan syarat yang sangaat esensial.  Sesuai dengan isi lampiran peraturan mentri pendidikan nasional       
(permendiknas) nomor 16 tahun tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik  dan kompetensi guru yang menyebutkan bahwa penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik menjadi salah satu unsure kompetensi pedagogic yang harus dimiliki guru. Psikologi belajar atau disebut dengan teori  belajar adalah teori yang mempelajari perkembangan intelektual (mental) siswa.  Di dalamnya terdiri atas dua hal, yaitu: (1) uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan  terjadi pada intelektual anak, (2) uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hala-hal yang bisa dipikirkaan pada usia tertentu.  Terdapat dua aliran dalam psikologi belajar, yakni aliran psikologi tingkah laku (behavioristik)  dan aliran psikologi  kognitif. Berikut akan disajikan beberapa teori belajar yang melandasi  guru-guru sekolah dasar dalam merancang , melaksanakan, dan menilai pembelajaran lima mata pelajaran.
1.      Teori belajar vygotsky
Menurut pandangan konstruktivisme tentang belajar, individu  akan menggunakan pengetahuan  siap dan pengalaman pribadi yang telah dimilikinya untuk membantu memahami masalah  atau materi baru.   King (1994) menyatakan bahwa individu dapat membuat inferensi tentang informasi baru, menarik perspektif dari beberapa aspek pada pengetahuan yang dimilikinya , mengelaborasi materi baaru dengan menguraikannya secara rinci , dan menggeneralisasi  hubungan antara materi baru  dengan informasi yang telah ada pada memori siswa.
Vigotsky menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstrusi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan social. Ada dua konsep penting dalam teori vygotsky , yaitu zone of  proximal development (ZPD) dan scaffolding. Zone of  proximal development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan aktual ( yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri) dan tingkat perkembangan potensial (yang didefenisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu). Yang dimaksud dengan orang dewasa adalah guru atau orang tua. Scaffolding  merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran , kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.
Berdasarkan uraian diatas , vygotsky menekankan bahwa pengkonstruksian pengetahuan seorang individu dicapai melalui interaksi social, ada tiga tahap yaitu:
-          Perkembangan actual (tahap I) terjadi pada saat siswa berusaha sendiri  menyudahi konflik kognitif yang dialaminya.
-          Perkembangan potensial (tahap II)  terjadi pada saat siswa berinteraksi dengan pihak lain dalam komunitas kelas yang memiliki kemampuan lebih, seperti teman dan guru, atau dengan komunitas lain seperti orang tua.
-          Proses internalisasi  (tahap III)  menurut vygotsky merupakan aktifitas mental tingkat tinggi jika terjadi karena adanya interakri social.

2.      Teori belajar Van Hiele
Van Hiele adalah seorang guru bangsa belanda yang mengadakan penelitian  dalam pembelajaran geometri.  Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri  yaitu: pengenalan , analisis , pengurutan , deduksi, dan akurasi.
a)      Tahap Visualisasi (pengenalan)
Pada tingkat ini,siswa memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu keseluruhan (holistic). Pada tingkat ini siswa belum memperthatikan komponen-komponen dari masing-masing bngun. Dengan demikian, meskipun pada tingkat ini siswa sudah mengenal nama sesuatu bangun,siswa belum mengamati cirri-ciri dari bangun itu. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa tahu sutu bangun bernama persegi panjang,tetapi ia belum menyadari cirri-ciri bangun persegi panjang tersebut.
b)      Tahap Analisis (deskriptif)
Pada tingkat ini siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing bangun. Dengan kata lain, pada tingkat ini siswa sudah terbiasa menganalisis nagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan mengamati sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa suatu bangun merupakan persegipanjang karena bangun itu “mempunyai empat sisi, sisi-sisi yang berhadapan sejajar, dan semua sudutnya siku-siku”.
c)      Tahap Deduksi Formal (Pengurutan atau Relasional)
Pada tingkat ini, siswa sudah bisa memahami hubungan antar ciri yang satu dengan ciri yang lain pada suatu bangun. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa jika pada suatu segiempat sisi-sisi yang berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu sama panjang. Di samping itu pada tingkat ini siswa sudah memahami perlunya definisi untuk tiap-tiap bangun. Pada tahap ini, siswa juga sudah bisa memahami hubungan anatan bangun yang satu dengan bangun yang lain. Misalnya pada tingkat ini siswa sudah tiba memahami bahwa setiap persegi adalah juga persegipanjang, karena persegi juga memiliki cirri-ciri persegipanjang.
d)     Tahap Deduksi
Pada tingkat ini (1) siswa sudah dapat mengambil kesimpulan secara deduktif, yakni menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus,(2) siswa mampu memahami pengertian-pengertian pangkal, definisi-defini, aksioma-aksioma,dan terorema-terorema dalam geometri, dan (3) siswa sudah mulai mampu menyusun bukti-bukti secara formal. Sebagai contoh, untuk menunjukkan bahwa jumlah sudut-sudut dalam jajar genjang adalah 360(derajat)secara deduktif dibuktikan dengan menggunakan prinsip kesejajaran. Pembuktian secara induktif yaitu dengan memotong-motong sudut-sudut benda jajargenjang, kemudian setelah itu ditunjukkan semua sudutnya membentuk sudut satu putaran penuh atau 360(derajat) belum tuntas dan belum tentu tepat. Untuk itu pembuktian secara deduktif merupakan cara yang tepat dalam pembuktian pada matematika.
e)      Tahap Akurasi (tingkat metamatematis atau keakuratan)
Pada tingkat ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Sudah memahami mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil. Dalam matematika kita tahu bahwa betapa pentingnya suatu system deduktif. Tahap keakuratan merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri.
Menurut Van Hiele seorang anak yang berada pada tingkat yang lebih rendah tidak mungkin dapat mengerti atau memahami materi yang berbeda pada tingkat yang lebih tinggi dari anak tersebut. Adapun fase-fase pembelajaran yang menunjukkan tujuan belajar siswa dan peran guru dalam pembelajaran dalam mencapai tujuan itu. Fase-fase pembelajaran tersebut adalah: 1) fase informasi; 2) fase orientasi; 3) fase eksplisitasi; 4) fase orientasi bebas; 5) fase integrasi.

3.      Teori Belajar Ausubel
Ausubel (dalam dahar ,1998:137) mengemukakan bahwa belajar bermakna adalah suatu proses dikaitknnya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel (dalam dahar,1998:134), belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan cara menyajikan materi,yaitu: (1) penerimaan dan (2) penemuan. Sedangkan berdasarkan cara siswa menerima pelajaran yaitu: (1) belajar bermakna dan (2) belajar hafalan. Berdasarkan penjabaran diatas, berarti suatu pembelajaran dikatakan bermakna apabila melalui prasyarat belajar,yaitu:
a.       Materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial. Materi dikatakan bermakna secara potensial apabila materi tersebut memiliki kebermaknaan secara logis dan gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa.
b.      Anak yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna sehingga mempunyai kesiapan dan niat dalam belajar bermakna.
Kondisi-kondisi atau ciri-ciri belajar bermakna sebagai berikut:
a.       Menjelaskan hubungan atau relevasi bahan-bahan baru dengan bahan-bahan lama.
b.      Lebih dulu diberikan ide yang paling umum dan kemudian hal-hal yang lebih terperinci.
c.       Menunjukkan persamaan dan perbedaan anatara bahan baru dengan bahan lama.
d.      Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide yang baru disajikan.
Dalam bukunya yang berjudul ‘Educational Psychology: A cognitive View’ (1968). Ausubel mengatakan ‘faktor yang paling penting mempengaruhi siswa belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. Ada beberapa prinsip-prinsip dan konsep konsep yang perlu kita perhatikan,yaitu:
a.       Pengatur awal
Pengatur awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap sebagai pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru.
b.      Diferensiasi Progresif
Selama belajar bermakna berlangsung,perlu terjadi pengembangan dan elaborasi konsep. Pengembangan konsep berlangsung paling baik, bila unsure-unsur yang paling umum diperkenalkan terlebih dulu, baru kamudian hal-hal yang lebih khusus dan detail dari konsep tersebut.
c.       Belajar Superordinat
Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.
d.      Penyesuaian integrative
Dalam pembelajaran, bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan pada konsep-konsep superordinat. Kita harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dihubungkan dan dipertentangkan dengan arti-arti sebelumnya yang lebih sempit dan bagimana konsep-konsep yang tingkatnya lebih tinggi sekarang mengambil arti baru.

4.      Teori Belajar Bruner
Bruner (1966) mengemukakan bahwa terdapat tiga sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuan secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presents),yaitu:
a.       Cara penyajian enaktif
Cara menyajikan enaktif adalah melalui tindakan, anak terlibat secara langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek,sehingga bersifat manipulative. Anak belajar sesuatu pengetahuan secara aktif,dengan menggunakan benda-benda konkret atau situasi nyata.
b.      Cara penyajian ikonik
Cara penyajian ikonik didasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik, yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gmbaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif. Bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media berpikir.
c.       Cara penyajikan simbolik
Cara penyajikan simbolik didasarkan pada sistem berpikir abstrak,arbitrer, dan lebih fleksibel. Dalam tahap ini anak memanipulasi symbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Salahsatu contoh penerapan teori bruner dalam pembelajaran IPA untuk konsep “jenis hewan berdasarkan penggolongan makanan”, maka tahap pembelajarannya adalah:
1.      Tahap penyajian enaktif, dengan cara member tugas kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan member makan pada hewan peliharaan dilingkungan rumahnya.
2.      Tahap penyajian ikonik, siswa melakukan pengamatan (gambar atau poster atau video animasi) tentang berbagai hewan dan jenis makanannya.
3.      Tahap penyajian simbolik,siswa telah mampu mengelompokkan jenis hewan berdasarkan penggolongan makanan (kelompok hewan herbivore,karnivora,dan omnivora).

3.      Model –Model Pembelajaran
Pembelajaran berbasis masalah (problem –based learning)
Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) disingkat dengan PBM, mula mula dikembangkan di sekolah kedokteran .  PBM dikembangkan sebagai respon atas fakta bahwa para peserta didik mengalami kesulitan di tahun pertama perkuliahan , seperti pada mata kuliah Anatomi , Biokimia, dan Fisiologo . pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open –ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik dalam rangka mengembangkan ketrampilan berfikir, ketrampilan menyelesaikan masalah , ketrampilan social , ketrampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru.
Contoh nyata yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran  tematik : kegiatan makan siang bersama adik, dimana siswa dapat melatih adiknya di rumah dan menunjukkan sikap-sikap baik terhadap adiknya sesuai dengan yang telah dipelajari  dengan santun.
 Prinsip-prinsip PBM adalah sebagai berikut :
-          Penggunaan masalah nyata (otentik)
-          Berpusat pada peserta didik (student-centered)
-          Guru berperan sebagai fasilitator
-          Kolaborasi antar peserta didik
-          Sesuai dengan paham konstruktivisme yang menekankan peserta didik untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya  sendiri.
A.    Pembelajaran berbasis projek (project-based learning)
Pembelajaran berbasis projek (PBP) adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan projek/ kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap , pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan pembelajaran ini terletak pada aktifitas-aktifitas peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan ketrampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang di maksud adalah hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi / prakarya dan lain-lain.
           Pembelajaran berbasis  projek merupakan metode  pembelajaran yang berfokus pada peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah terkait dengan projek dan tugas –tugas bermakna lainnya. Adapun tujuan pembelajaran berbasis projek (PBP) adalah sebagai berikut:
-          Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran
-          Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah projek.
-          Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah projek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.
-          Mengembangkan dan meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengolah sumber/bahan /alat untuk menyelesaikan tugas/ projek.
-          Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya padaPBP yang bersifat kelompok
Prinsip –prinsip pembelajaran berbasis projek adalah sebagai              berikut:
-          Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas projek pada  kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
-          Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topic yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
-          Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari suatu kompetensi dasar tertentu atau gabungan beberapa kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran , atau gabungan beberapa kompetensi dasar antar mata pelajaran.
-          Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topic yang disusun dalam bentuk produk(laporan atau hasil karya).
-          Pembelajaran dirancang  dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri dalam fasilitasi dan monitoring oleh guru.
-          Penerapan pembelajaran berbasis projek ini mendorong tumbuhnya kreatifitas , kemandirian , tanggung jawab, kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada peserta didik.
B.     Pembelajaran menemukan (Discovery learning)
Pembelajaran menemukan ( discovery learning), adalah pembelajaran untuk menemukan konsep, makna , dan hubungan kausal melalui pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Tiga ciri utama belajar menemukan  yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan , menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan ; (2) berpusat pada peserta didik; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan yang sudah ada.
Adapun karakteristik dari pembelajaran menemukan  (discovery learning):
-          Peran guru sebagai pembimbing
-          Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan.
-          Bahan ajar disajikan dalam  bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun , membandingkan ,mengkategorikan , menganalisis,serta membuat kesimpulan.

5.      Evaluasi  Hasil Belajar
Berdasarkan permendikbud no. 23 tahun 2016 tentang Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup , tujuan , manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian  hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Penilaian adalah merupakan pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur  pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan  hasil belajar peserta didik.
1.      Penilaian  pembelajaran
Aspek penilaian yang akan dinilai dalam pembelajaran matematika meliputi pemahaman konsep, melakukan prosedur , representasi, dan penapsiran , penalaran, pemecahan masalah dan sikap.
-          Penilaian dalam aspek representasi melibatkan kemampuan untuk menyajikan kembali suatu permasalahan atau obyek matematika melalui hal-hal berikut: memilih, menafsirkan, menerjemahkan, dan menggunakan grafik, table, gambar, diagram, rumus, persamaan , maupun benda konkret untuk memotret permasalahan sehingga menjadi lebih jelas.
-          Penilaian dalam aspek penafsiran meliputi kemampuan menafsirkan berbagai bentuk penyajian seperti tabel, grafik , menyusun model matematika dari suatu situasi.
-          Penilaian aspek penalaran dan bukti meliputi identifikasi contoh dan bukan contoh, menyusun dan memeriksa kebenaran dugaan, menjelaskan hubungan, membuat generalisasi, menggunakan contoh kontra, membuat kesimpulan, merencanakan dan mengkonstruksi argumen-argumen  matematis, menurunkan atau membuktikan kebenaran rumus dengan berbagai cara.
-          Penilaian pemecahan masalah dalam matematika merupakan proses untuk menilai kemampuan menerapkan pengetahuan matematika yang telah di peroleh sebelumnya kedalam situasi baru yang belum di kenal.
-          Penilaian diri merupakan teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta secara reflektif.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik di laksanakan dalam bentuk penilaian autentik dan non-autentik.
Bentuk penilaian autentik mencakup :penilaian berdasarkan pengamatan, tugas kelapangan, portopolio, projek, produk, jurnal , kerja laboratorium, unjuk kerja dan penilaian diri. Bentuk penilaian non-autentik mencakup : tes , ulangan ,ujian.
2.      Fungsi dan tujuan penilaian hasil belajar oleh pendidik
Secara umum , penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan untuk memenuhi fungsi formatif dan sumatifdalam penilaian. Adapun penilaian hasil belajar berfungsi untuk :
-          Memantau kemajuan belajar
-          Memantau hasil belajar
-          Mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik di lakukan dalam bentuk ulangan , pengamatan, penugasan,  penilaian hasil belajar oleh pendidik di gunakan untuk :
-          Mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik
-          Memperbaiki  proses pembelajaran
-          Menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester, akhir semester, akhir tahun, atau kenaikan kelas.
-           
A.    DESKRIPSI KEMAJUAN SETELAH PEMBEKALAN/MENTORING :

A.    Materi yang sulit dipahami . uraikan materi menurut anda sulit di pahami dalam bagian ini.
Materi yang sulit di pahami menurut saya adalah materi teori belajar. Sebab empat  teori belajar dalam kompetensi pedagogik  yang di sajikan masing-masing memiliki pengertian yang berbeda-beda. Sehingga membuat saya sulit untuk menentukan teori mana yang sesuai dengan pembelajaran.

B.     Materi esensial apa saja yang tidak ada dalam sumber belajar .uraikan materi yang menurut anda anggap esensial tetapi tidak di jelaskan dalam bagian ini.
Jawab :
 materi esensial yang tidak di jelaskan dalam sumber belajar ini adalah pembelajaran kepada anak  yang berbeda lingkungannya tempat  tinggalnya, faktor ekonomi , dan latar belakang keluarganya.

C.     Materi apa saja yang tidak esensial namun ada dalam sumber belajar . uraikan materi yang menurut  anda tidak esensial tetapi dijelaskan dalam bagian ini.
Jawab :

Materi  esensial tentang teori belajar, sebab teori belajar yang ada dalam sumber belajar terlalu membingungkan  bagi saya.